Pages

Sejarah Assassin's V2 Chap 1

Rabu, 22 Februari 2012


Sejarah Assassins

Hassasin (juga disebut Hashishin, Hashashiyyin, Hashshashin atau Assassin) adalah cabang dari Islam Syi'ah Ismā'īlī. Mereka mendirikan beberapa pemukiman di Iran, Irak, Suriah dan Lebanon di bawah pemimpin karismatik Hasan-i Sabbah. Mereka mengirim orang yang berdedikasi untuk membunuh pemimpin penting Sunni, yang dianggap mereka sebagai "perebut takhta tak beriman." Sekte ini dihancurkan oleh bangsa Mongol. Benteng terakhir mereka dihancurkan oleh Hülegü Khan tahun 1272.

ETIMOLOGI

Sekte ini menyebut dirinya al-Da'wa al-Jadīda, dari bahasa Arab yang artinya panggilan baru, kebalikan dari slogan kelompok fatimid panggilan lama. Nama Hasyasyin oleh beberapa orang diartikan sebagai pengikut Hassan (pemimpin kelompok persia ini yang bernama Hassan-i Sabah). Istilah Hasysyin secara luas juga dianggap berasal dari kata bahasa arab Hashshash yang artinya pemakai hashish (narkotik), meskipun ini masih diperdebatkan. Variasi terkini tentang teori ini, dijelaskan oleh Edward Burman, bahwa julukan tersebut diberikan oleh para pengkritik kelompok Nizari yang mencurigai kelompok rahasia ini, serta pelaksanaan konsep filosofi dan teologi mereka yang heterodox.

Penggunaan zat-zat psikoaktif (terutama Cannabis) oleh para cendekiawan saat ini dianggap sebagai mitos, tetapi harus diingat bahwa mitos tersebut sangat populer pada zaman itu. Julukan itu bisa juga berasal dari kata "mereka yang menghasilkan hashish", meski etimologi ini juga diperdebatkan. Kata hashish (kemungkinan berasal dari bahasa Persia) merujuk pada getah yang berasal dari bunga kanabis. Panadangan umum ini bisa jadi memengaruhi pendapat para pelaku perang salib, dan tentunya juga kisah perjalanan Marco Polo ke benteng Alamut di tahun 1273 juga menyebutkan tentang hal ini. Karena salah satu atau kedua sumbar inilah kata 'assasin' yang telah artinya telah terdistorsi masuk ke dalam kosakata bahasa Barat.

Meskipun demikian, etimologi yang paling diterima mengenai kata assasin adalah dari kata Hassan (Hassan-i Sabbah) dan pengikutnya, dan begitu adanya selama berabad-abad. Keriuhan di sekitar versi Hasish dimulai oleh seorang orientalis bangsa Perancis, Silvestre De Sacy, yang pada tanggal 7 juli 1809 mengadakan kuliah di Institute of France, dia mengutip kembali kisah Marco Polo tentang narkotika and sekte ini, dan menghubungkannya dengan kata ini. Herannya teori ini mendapatkan kesuksean yang sangat besar, dan masih digunakan hingga saat ini.

Banyak cendekiawan berargumen, dan dengan sangat meyakinkan, bahwa julukan 'pemakan hashish' atau 'pengambil hashish' diberikan oleh lawan dari kelompok Ismaili dan tidak pernah digunakan dalam kisah-kisah atau sumber-sumber muslim. Karenanya istilah ini diartikan secara negatif sebagai 'musuh' atau 'orang-orang yang tidak terhormat'. Pengertian istilah ini berlaku hingga zaman modern sebagaimana kata Hasyashin di Mesir pada tahun 1930-an yang berarti 'berisik atau rusuh'. Sangatlah tak mungkin Hassan-i Sabbah yang taat terlibat dalam pengambilan narkotik, tidak disebutkan adanya narkotik hashish terkait para pembunuh Persia ini, khususnya di perpustakaan Alamut (the secret archives), dan menyebut mereka hash-ishiyun, "penyedot hashish". Beberapa orientalis mengira ini adalah asal dari kata assassin, yang dalam banyak bahasa Eropa artinya lebih mengerikan, tetapi kenyataannya berbeda. Menurut teks yang kami dapat dari Alamut, Hassan-i Sabbah biasa menyebut pengikutnya Asasiyun, yang berarti orang-orang yang taat pada asas, artinya 'dasar' dari keyakinan. Inilah kata, yang disalah artikan oleh para pengelana asing, yang kelihatannya mirip dengan kata "Hashish".

SEJARAH

Meskipun menjadi minoritas di dalam minoritas, sekte Ismailiyah, di bawah pimpinan para imamnya, telah berhasil membangun gerakan rahasia bawah tanah yang berkelanjutan terhadap kekhalifahan Abbasiyah. Mereka bermaksud merealisasikan gagasan-gagasan revolusioner mereka dengan cara membangun negara Shiah pertama, kerajaan Fatimiah, di sepanjang Mediterania dan Levant, dengan ibukotanya Kairo. Kerajaan ini bertujuan untuk melakukan terobosan ilmiah dan sosial terhadap masyarakatnya, termasuk kebebasan beragama, dan memang, kelompok Fatimiah berjasa dalam beberapa kemajuan besar pada masa kejayaan Islam.

Pada tahun 1904, ketika Khalifah Fatimiah VIII dan imam kelompok Ismailiyah Maad al-Mustansir Billah sakit di Kairo, Wazirnya yang berpengaruh, Al-Afdal, mengambil alih kekuasaan negara dan menunjuk anak bungsu khalifah, Al- Musta'i (ipar sang wazir) sebagai khalifah, dalam sebuah kudeta di istana. Nizar, sang pewaris kekuasaan yang sebenarnya, pergi ke Alexandria, di saat dia mendapat dukungan kuat dan lalu memimpin perlawanan,tetapi kemudian dikalahkan dan dibunuh atas perintah saudaranya. Hal ini menyebabkan perpecahan di kalangan Ismailiyah, dan para pendukung Nizar, yang dijuluki kaum Nizaris, pindah ke timur dan melanjutkan perjuangan mereka di bawah pimpinan mereka si penyeru dari Persia yang kharismatik, Hassan-i Sabbah.

Hassan-i Sabbah sebelumnya dikenal sebagai sebagai penyeru utama, Da'i, di mesin propanganda rahasia kalangan Fatimiah di dalam kekhalihafan Abbasiyah. Dia lalu memimpin kelompok perlawanan Nizari, dan berhasil mendapatkan dukungan dari mayoritas shiah Fatimiah di Levant, Persia, Iraq, sekelompok pengikut bawah tanah di jantung kekhalifahan Fatimiah, di Mesir, dan di Afrika Utara lainnya. Meski demikian, dengan memisahkan diri dari kekhalifakan Fatimiah, para pengikut Hassan-i Sabbah menjadi terkucil dan kalah kekuatan di wilayah musuh.

Tidak puas hanya bertahan, sebaliknya teguh untuk membangun suatu negara impian yang baru, Kaum Nizariyya merancang suatu strategi untuk mengendalikan benteng-benteng yang secara strategis penting dengan diam-diam mengislamkan para penduduk di dalam wilayah dan di sekitar benteng-benteng strategis Ismailiyah. Mereka membangun suatu bentuk baru 'negara di dalam negara' yang mencakup beberapa 'pulau' pemukiman yang dikelilingi tembok di wilayah, sekarang ini, Iran, Irak, Syria dan Libanon. Awal yang resmi dari Federation of the Assasins adalah tahun 1090 ketika Hassan-i Sabbah mendirikan basis pertamanya di Daylam, di dalam benteng Alamut (sangkar elang dalam bahasa Persia) di selatan laut Kaspia. Alamut tetap menjadi ibukota dari 'Federasi kaum Assassin', dan tempat bermukim para pemimpinnya, disebut penguasa Alamut, hingga keruntuhannya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Assassin's Hideout © 2011 | Designed by Bingo Cash, in collaboration with Modern Warfare 3, VPS Hosting and Compare Web Hosting